KAJIAN PEMANFAATAN ASET BANGUNAN STASIUN LIGHT RAIL TRANSIT SUMATRA SELATAN (LRT SUMSEL)

Dublin Core

Title

KAJIAN PEMANFAATAN ASET BANGUNAN STASIUN LIGHT RAIL TRANSIT SUMATRA SELATAN (LRT SUMSEL)

Creator

SYARIFA SUCI KARTIKANINGRUM
NIT : 20204245

Abstract

BPKARSS adalah sebuah unit pelaksana teknis yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) yang memiliki tugas melaksanaan pengelolaan sarana dan prasarana terkait Light Rail Transit Sumatra Selatan atau LRT Sumsel. Sebagai BLU maka pembentukan BPKARSS diharapkan dapat mengurangi subsidi operasional kereta api ringan yang saat ini dibebankan pada pemerintah, serta dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara mandiri dan memberikan manfaat yang maksimal kepada masyarakat pengguna jasa kereta api. Salah satu bentuk upaya BPKARSS dalam mengurangi subsidi pemerintah adalah dengan pemanfaatan aset stasiun dalam bentuk tenant/booth dan advertising. Namun, masih banyak ruang kosong di stasiun yang dapat dimanfaatkan. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pemanfaatan aset pada stasiun LRT Sumsel dengan metode AHP. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan metode pengambilan keputusan dengan menguraikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki. Metode AHP dalam penelitian ini digunakan untuk membuat pemeringkatan beberapa alternatif pengembangan aset yang ada di Stasiun LRT Sumsel untuk nantinya bisa dijadikan sebagai sarana pengembangan terhadap pemanfaatan aset yang ada di Stasiun LRT Sumsel. Untuk membuat pemanfaatan aset menjadi lebih optimal maka dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu memilih jenis usaha potensial dan menentukan lokasi stasiun mana saja yang strategis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Hasil analisis metode AHP terhadap pemilihan jenis usaha potensial yang tepat untuk Stasiun LRT Sumsel berdasarkan persepsi dari ketiga narasumber diperoleh urutan prioritas jenis usaha yang dapat dikembangkan terlebih dahulu yaitu tenant/booth sebesar 68,3%, lalu dibawahnya terdapat ATM Center dengan persentase 17,8%, dan pada peringkat terakhir terdapat Advertising dengan persentase 13,9%. 2) Hasil analisis metode AHP terhadap pemilihan lokasi stasiun yang strategis berdasarkan lokasi stasiun yang sudah memanfaatkan asetnya untuk dapat dikembangkan terlebih dahulu yaitu Stasiun Asrama Haji dengan mendapatkan persentase tertinggi sebesar 36,1%. Selanjutnya Stasiun Ampera sebesar 19,5%, Stasiun DJKA sebesar 17,7%, Stasiun Bumi Sriwijaya sebesar 15,2%, Stasiun Bandara sebesar 7,1%, dan yang terakhir Stasiun Cinde sebesar 4,4%. Sedangkan untuk pemilihan lokasi stasiun berdasarkan lokasi stasiun yang belum memanfaatkan asetnya untuk dapat dikembangkan terlebih dahulu yaitu Stasiun Polresta dengan persentase tertinggi sebesar 28,3%. Selanjutnya Stasiun Demang sebesar 24.5%, Stasiun Puntikayu sebesar 14,5%, Stasiun Jakabaring sebesar 11,7%, Stasiun Dishub sebesar 9,5%, Stasiun Garuda Dempo sebesar 5,9%, dan yang terakhir Stasiun RSUD sebesar 5,6%.

Kata Kunci: Pemanfaatan Aset, LRT Sumsel, Stasiun Kereta Api, Analytical Hierarchy Process (AHP), Potensi.

Social Bookmarking

Citation

SYARIFA SUCI KARTIKANINGRUM NIT : 20204245, “KAJIAN PEMANFAATAN ASET BANGUNAN STASIUN LIGHT RAIL TRANSIT SUMATRA SELATAN (LRT SUMSEL),” Repository PPI Madiun, accessed September 20, 2024, https://repository.ppi.ac.id/items/show/865.